Skip to main content

Bangkit Indonesia, Indonesia Juara

“Sudahlah Juo, jangan terlalu sedih, kita masih punya kesempatan dipertandingan kedua.” ucap pelatih kepadaku, mencoba menghiburku yang sedang manangis. kami semua sedang berada diruang ganti stadion, baru selesai menjalani pertandingan yang amat sangat penting. Dengan keadaan kepala tertunduk,  karena kami harus kalah 2 – 1 melawan Vietnam dipertandingan final leg pertama kejuaraan sepak bola U-15 antar negara ASEAN. Bukan hanya itu, kami kalah dihadapan pendukung kami sendiri, ditanah air Indonesia, dan yang membuatku amat sedih, ialah aku yang menjadi andalan timnas Indonesia, untuk bisa memenangkan pertandingan ini hanya bisa bermain selama tiga puluh menit saja. Ketika aku sedang menggiring bola dari sisi lapangan, tiba-tiba salah satu lawan berlari dari arah kananku, dan langsung menghantam kakiku. Seketika itu pun aku jatuh, terpental beberapa langkah dari tempat aku berdiri semula. Aku meringis menahan sakit dikaki kananku, dengan sigap para petugas medis membopongku kepinggir lapangan. Akhirnya aku pun harus keluar pertandingan lebih cepat. Dengan tidak adanya aku, permainan timnas menjadi kocar-kacir, tidak kompak, sehingga kami pun harus menerima kekalahan.            “Ayo anak-anak, jangan terlalu bersedih, terutama kamu Jouhan, bola itu bundar, masih ada pertandingan kedua. Kita bisa membalikan keadaan. Kita akan menang !!. Kita indonesia !!. Pantang menyerah adalah pedoman kita !!.” suara lantang pelatih terdengar menyentak, menggema dan menyambar kami yang masih tertunduk lesu.            “Tapi pelatih, Jouhan cedera, kita akan sulit menang jika Jouhan tidak main.” ucap salah satu temanku.            “Kalian jangan pesimis, kita itu harus selalu optimis bahwa kita akan bisa membawa pulang piala itu. Membuat Indonesia bangga terhadap kita dengan berkibarnya bendera merah putih di puncak sebagai sang juara. Dan untuk Jouhan dia akan tetap main dipentandingan kedua, bagaimanapun caranya.” ujar pelatih yang masih tetap semangat untuk membuat kami yakin bahwa kami pasti akan menggapai kemenangan. 
***
            “Cedera di kaki kakanmu lumayan serius, sangat diragukan untuk bisa bermain minggu depan.” ucap dokter yang memeriksa kakiku. Sehabis pulang dari stadion aku langsung dibawa ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.            “Terus dok, saya harus gimana agar bisa pulih lebih cepat.” tuturku.            “Kamu harus istirahat total.”            “Apa dok, istirahat ?. Mana bisa dok !!. Seminggu lagi pertandingan final kedua dok, itu pertandingan hidup dan mati”.            “Iya saya tahu jou, ini demi kebaikan kamu. Kalau kamu paksakan untuk main dipertandingan itu, cedera kamu akan tambah parah dan kamu tidak akan bisa lagi main bola. Apa itu yang kamu inginkan, mengorbankan diri kamu hanya untuk satu pertandingan. Kamu masih muda jou, masa depan kamu masih panjang dan masih banyak kesempatan lain.” ucap dokter dengan nada agak tinggi.            Aku menoleh kepada ayah yang duduk di sofa, ayah hanya diam tidak berkomentar apapun.“Tapi tidak menutup kemungkinan saya akan bisa main dipertandingan itukan dok?”. kataku masih terus berharap.            “Mungkin saja.” jawab dokter singkat. Lima menit kemudian dokter meninggalkan ruanganku, tinggal aku dan ayah yang berada didalam. Aku hanya bisa menatap kakiku, iba. aku frustasi, semua impian yang ku bangun serasa hancur seketika.             “Aku hanya ingin bisa bermain difinal dan membuat indonesia juara, tapi kenapa hal ini harus terjadi”. gumanku dengan suara serak. tak terasa butiran-butiran hangat menetes perlahan. berjatuhan ke atas celanaku.            “Jouhan, apa kamu mau mendengarkan cerita Ayah?.” suara ayah terdengar dari arah sofa, setelah sedari tadi hanya diam. ayah melontarkan pertanyaan. Aku hanya bisa mengangguk perlahan tanda isyarat dari satu kata “ya”            “Mungkn ini bisa membuat kamu semangat dan berusaha lebih keras. Kejadian kamu ini, sama dengan kejadian yang menimpa teman ayah dulu, si nomor tujuh. Waktu itu kami sedang melangsungkan partai final piala AFF leg pertama. si Nomor tujuh yang menjadi ujung tombak negara indonesia berusaha mati-matian untuk menjebol gawang lawan. Lawan kami saat itu adalah negara Thailand, negara yang sangat kuat di Asia Tenggara. Terkenal dengan pertahanannya yang kokoh.  akan tetapi dia tidak pernah menyerah dan tetap semangat. Ia mencoba, dan terus mencoba berkali-kali. Hingga ia terhenti ketika kesialan datang menghampirinya.”“Disaat sedang menggiring bola kejantung pertahanan lawan, ia berhasil melewati satu bek. dan ketika dia hendak melakukan tendangan kearah gawang, tiba-tiba kakinya terkena sapuan dari pemain lawan hingga dia terpental lalu langsung berteriak kesakitan. Beberapa menit kemudian dia ditandu keluar lapangan dan harus digantikan dengan pemain lain”.“Dengan keluarnya si nomor tujuh, penyerangan Indonesia menjadi tumpul kami seperti macan yang kehilangan taring. kami ompong karena tidak ada yang bisa menjebol gawang Thailand. Kami hanya bisa bermain bertahan sampai peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. Akhirnya kami harus menerima kekalah 3-0 dari lawan. Dengan hasil itu sudah dipastikan kami tidak akan mampu menang di pertandingan kedua. Cederanya pemain andalan kami yaitu si nomor tujuh membuat kemenangan terasa mustahil”.“Tapi  ternyata dia tidak mau menyerah begitu saja. Tatkala dia tahu bahwa dia akan sulit bermain dipertandingan kedua, ia berusaha sekeras mungkin untuk bisa sembuh dari cederanya. Segala cara ia tempuh, apa saja ia lakukan agar bisa pulih dari cedera. Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. ternyata usaha tidak menghianatinya. Perjuangannya tidak sia-sia. Dokter sampai-sampai tidak percaya akan apa yang terjadi. Si nomor tujuh pulih dari cedera lebih cepat dari perkiraan dokter. Ia bisa bermain dipertandingan kedua. meski belum sembuh total, dokter mengizinkannya untuk bermain”.            “Partai kedua pun dilangsungkan, seluruh suporter dan penonton yang menyaksikan tidak menyangka bahwa si nimor tujuh akan bermain. Kamu tahu Jou, dia bermain dengan lutut kanannya dibebatkan pembalut untuk mengurangi rasa sakit dikakinya, karena saking ingin bisa bermain menjadi starter. Tapi dengan semangat yang membara rasa sakit seolah-seolah tidak mempengaruhinya sedikitpun. Si nomor tujuh memimpin temannya serta memberikan instruksi. Dengan semangat pantang menyerah dan berjuang mati-matian, kami berhasil menyamakan skor menjadi tiga sama. Kesemua gol dicetak oleh si nomor tujuh, hingga waktu 2x45 menit  dan perpanjangan waktu selesai kedudukan masih bertahan. Pertandingan berakhir dengan adu penalti. Di kesempatan terakhir ini dewi fortuna belum memihak kepada kami. Kami kalah 5-3 di adu penalti, eksekutor pertama dan terakhir  gagal melesakkan gol kegawang lawan. Kami pun harus puas dengan raihan juara runner up. Akan tetapi meskipun kami kalah, si nomor tujuh tetap menjadi sorotan utama karena hanya dia seorang yang bisa mencetak tiga gol ke gawang Thailand. Lebih fantastisnya lagi semua gol itu dicetak dalam kondisi setengah cedera”.            “Satu minggu setelah pertandingan final. Si nomor tujuh diundang ke Jepang. Ia diminta untuk bermain disana, bukan hanya itu, ia juga tawari untuk pindah warga kenegaraan. Tapi dia menolak. Kamu tahu apa yang ia katakan ke menteri olahraga Jepang.? ‘Saya tidak akan pindah kewarganegaraan. Saya cinta tanah air, saya bangga menjadi orang indonesia. Aku orang Indonesia, sampai kapanpun saya tidak akan pindah kewarganegaraan’. Dengan mantap si nomor tujuh mengatakan itu depan menteri Jepang. Dia mempunyai cita-cita ingin membuat Indonesia disegani dunia dan membawa Indonesia menjadi nomor satu. “Tapi sungguh sangat di sayangkan. Belum sempat cita-cita itu terwujud menjadi kenyataan, ajal datang menjemputnya, dia meninggal dunia dua tahun kemudian. Sampai sekarang belum ada yang mampu melaksanakan cita-cita suci itu. Semua kalangan bersedih atas kepergiannya. Jadi jangan bersedih dan jangan menyerah.  Karena sekarang kamu punya kesempatan itu Jou. kesempatan yang sangat-sangat besar. Jadi Ayah yakin, kamu akan pulih dari cedera dan membuat Indonesia menjadi juara”. Ayah bercerita sambil jalan mendekat. Cerita ayah ditutup dengan beberapa tepukan ke pundak. Tanda dorongan semangat kepadaku. Mendengar cerita ayah, raut wajahku berubah. Bak bunga. Aku mekar. Serasa hidup kembali.             Kini aku mempunyai waktu enam hari untuk memulihkan cedera. Berbagai cara harus aku tempuh. Dari olahraga yang bisa membantu pemulihan, fitnes, hingga lari maraton dibarengi terapi kedokter yang tetap harus aku jalani. Hingga keberangkatan kami ke Vietnam, dua hari sebelum pertandingan dokter kaget melihat kemajuan kesehatanku. Dokter tidak menyangka aku bisa pulih lebih cepat. Sebelum berangkat persentase pemulihanku sembilan puluh persen dari cedera.
***
            Penonton memadati stadion, suara mereka saling sahut-sahutan. Kerja kerasku selama seminggu ini membuahkan hasil. Akhirnya aku bisa bermain dipertandingan kedua. Sebelum kami masuk lapangan akusemangati teman-temanku dengan mengatakan bahwa kita akan menang, akan juara. membawa indonesia dipuncak tertinggi. Sekuat tenaga kami berusaha untuk menang. Tidak memberikan celah sedikitpun kepada lawan untuk mencetak gol ke gawang kami. Hingga pertandingan berakhir kami akhirnya bisa membalikan keadaan. Kami menang 2-0 dipertandingan ini, menang agregat 3-2 dari Vietnam. Semuanya  larut dalam kesenangan dan kegembiraan. Air mata bahagia tidak kuasa kami bendung. Kemenangan ini menghantarkan bendera Indonesia berada di posisi tertinggi di antara negara lainnya. Klimaks yang sungguh indah bagi seluruh hidupku dan tidak akan pernah bisa di lupakan.  Menghantarkan Indonesia menjadi jawara di AFF U-15.“Aku Indonesia. Indonesia akan kubawa kau untuk menjadi nomor satu di dunia.” teriak ku lantang, penuh dengan emosi kebahagiaan”.


Hanya Kisah Fiksi. Imajinasi penulis.
Afif SN



Comments

Popular posts from this blog

Profil Pesantren Nurul Furqon (Pesantren Tilawah Pertama Di Bogor)

Suasana Mengaji Pondok Pesantren Nurul Furqon. PONDOK Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional tertua di Indonesia. Pengajaran di pesantren menggunakan sistem sorogan dan bandungan yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun lamanya. Dalam perkembangan selanjutnya, selaras dengan kemajuan zaman, metode dan sistem pengajaran di pesantren diperkaya dengan sistem kelas dengan tidak meninggalkan inti pengajaran pesantren. Dengan sistem ini, yang memberikan pengajaran tidak lagi harus seorang kiai, juga ada guru/ustadz/ustadzah sesuai dengan materi pelajaran. Pembelajaran bersifat massal, menggunakan kurikulum yang jelas, lama belajar ditentukan sesuai dengan jenjang-jenjang pendidikan dan kelasnya. Mata pelajaran bukan cuma bidang-bidang ilmu agama, tapi juga ilmu umum. Sekalipun demikian, sistem sorogan dan bandungan serta figur seorang kiai/ustadz yang menjadi panutan dan kharismatik, tak bisa dipisahkan dari ciri khas pesantren sebagai lembaga transformasi nila...

Spesifikasi ASUS ZenBook UX410UQ (Give Away)

Langitan di Pagi Hari Saya M. Zahid Farhan seorang santri di salah satu pesantren di Tuban Jawatimur. Lebih tepatnya Pondok Pesantren langitan. Saya adalah salah satu dari sekian ribu santri yang sampai sekarang masih aktif belajar di Langitan. Dan juga salah satu santri yang memasuki dunia film maker, menulis, designer dan fotografer. Yang intinya saya berkutat dalam dunia multi media. Lebih jelasnya dalam segi film maker saya fokus di dua tempat, yakni Langitan TV dan LangitanDokumentasi . Sedangkan menulis berfokus di majalah serta blog pribadi. Dan yang terakhir fotografer focus pada pendokumentasian setiap acara di pondok pesantren. Langitan TV Sebagai santri multi media, saya di tuntut oleh jam “kerja” yang lumayan tinggi. Tuntutan deadline sana sini dan lain sebagainya. Dikarenkan banyaknya organisasi yang di ikuti. Perlu di garis bawahi, karena saya notabenenya masih santri, mau tidak mau saya harus mengerjakan ini dengan penuh keihlasan. Program kerja yang ba...

Timur Tengah Baru Milik Sekutu

Trump dengan Topeng Trump Dalam pidatonya di Gedung Putih, Rabu (06/12), Presiden Trump mengatakan “sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel”. Hal ini secara  instan membuat seluruh dunia riuh. Pemberitaan dengan cepat menyebar. Bentuk protes terhadap keputusan trump mencuat. Penolakan serta sikap menyayangkan atas keputusan tersebut di layangkan oleh berbagai kalangan dinegara yang mayoritas islam maupun tidak. Reaksi keras pun bermunculan. Pembakaran bendera, demo, serta petisi menolak keputusan trump ramai. Tak terkecuali Indonesia. Melalui perbincangan dengan banyak orang di Ramallah, BBC News memperoleh tanggapan bahwa keputusan Washington telah merusak peluang Palestina meraih kemerdekaan sebagai negara dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota. "Kami mengecam keputusan Amerika yang mengakhiri mimpi kami, warga Palestina. Keputusan itu menyudahi solusi dua negara," ujar Abed Jayussi, warga Ramallah lainnya.Israel telah ...