Memalukan !!, kenapa kau bisa kalah
dengan penulis kemarin sore. Sudah berapa lama kamu masuk dalam dunia ini…? “
matanya menatap tajam kepadaku. Seolah merendahkan. Suaranya besar dan lantang.
Mulutnya bau. Air liurnya muncrat kemana-mana. Wajahnya seram. Saking seramnya untuk mengelap air yang
berjatuhan di wajahku saja tak kuasa. bungkam. Dalam keadaan seperti ini mulutku
terbungkam.
“Jawab,
kenapa kau hanya diam ?” Kali ini dengan suara yang lebih tinggi. bulu kudukku
berdiri. andai mereka punya kaki mungkin mereka sudah beranjak dari kulitku. Kalau
saja tubuh ini bisa di ajak kompromi aku sudah lari dari tadi. Rasa takut ini
membuat tubuh ini seperti membeku.
“Jawab”
lagi, air liurnya tumpa, semakin
membanjiri wajah dan mulai mengalir ke arah baju. Sulit. Sangat keras. Ku coba
angkat tanganku setidaknya aku bisa menjawab dengan isyarat. dan akhirnya
berhasil, tangan kanan yang sedari tadi mengepal bisa merenggang dan membentuk
isyarat angka lima.
“Tuhkan
bayangkan lima tahun. sungguh memalukan. kamu membuat dirimu sendiri malu.
mungkin mereka tidak akan menghina, merendahkan dan menjauhimu. tapi kau harus
sadar diri kalau kamu sudah terjun bebas dari duniamu. keangkuhan, kemalasan
dan rasa cepat puasmu membuat semua hal ini terjadi” aku menjadi kerdil.
omelannya menembus semua benteng keberanianku. mataku saja tak berani untuk
berkedip.
Setelah
selesai mengomel, wajahnya tetap beraut menakutkan. begitu ketus sombong dan
tua. semua yang dia bicarakan hanya
menyisahkan kebingungan yang luarbiasa. tidak hanya itu. sesudah a berhenti
bicara. sekililingku berubah. hitam legam akan tetapi anehnya dia mash terlihat
jelas. mungkin baju putih yang ia pakai mempengaruhi pandanganku.
Wajahku
makin pucat pasi. ketika tiba-tiba ia menghilang. dan sekelilingku makin tidak
jelas. pikiranku melayang dan aku tak merasakan apapun. tak ada yang ku
piikirkan dan tidak ada yang aku rasakan. hingga akhirnya terdengar suara pelan
yang semakin lama semakin kencang.
“Dar…Dar….dar……tek…tek..tek..
“ suara dua benda yang beradu dan tak beraturan terdengar begitu keras. Seketika
aku tersentak. terbangun dari tidur. Jam menunjukan kalau sekarang waktunya
sholat tahajjud dan persiapan sholat subuh.
@@@
Aku berdiri
di depan lemari besar yang bentuknya tinggi
dan lebar. terbagi dua bagian, atas untuk buku, bawah untuk baju. Setiap satu
orang mendapatkan dua kotak dari dua bagian lemari. sambil menggenggam kertas
berisi pemberitahuan aku berfikir keras akan apa yang terjadi tadi malam.
“Rifqi
ngapain bengong ” fauzan teman sekamarku menegur tidak aku jawab. memikirkan
kejadian tadi malam yang berhubungan dengan surat ini membawaku seperti pergi
kedunia lain.
Logikaku
berkata itu hanya mimpi biasa. akan tetapi hati merasa tidak puas karena
merasakan sesuatu yang tidak wajar.
“ah, sudahlah tak usah dipikir. lebih baik aku urus
yang lain. Mungkin hanya bunga tidur. lebih baik aku kembali ke kelas” gumamku
sambil membuang surat ini kesembarang arah, lalu mengeloyor keluar kamar menuju
kelas. Jam pelajaran ketiga hampir dimulai.
@@@
Jam ketiga
hari ini mendapat jatah dua jam. berarti jam keempat berlangsung bersamaan
dengan jam ketiga. aku masih tidak bisa berhenti memikirkan mimpi tu. orang tua
dalam mimpiku serasa terus menghantui pikiran. keringat yang aku alami cukup menjadi bukti bahwa itu bukan mimpi
biasa.
Sementara
itu. Ustadz Khoir masih sibuk dengan pelajaran yang ia bacakan. waktu panjang
serta udzur di minggu lalu membuat beliau tidak hadir. sehingga beliau mengodoi
pejalaran sebelumnya. Jadi disaat beliau sibuk membacakan ma’na kitab, kami
sibuk untuk menulisnya.
Karenanya
aku bosan. aku gagal fokus. Jadi aku arahkan
pandanganku keluar jendela sembari mengenakan posisi duduk. Telingaku setengah
mendegarkan, mataku melihat pondok putri dari kejauhan, pikiranku berduel
antara mengatakan nyata dan tidak akan mimpi tadi malam.
Dan akhrnya lelah berfikir membuatku
mengantuk. Mencoba melawan percuma. mata sudah terlampau berat untuk terbuka
barang kali sedikit. jadi aku menyerah. aku tertunduk. punggungku menyender ke
kursi. mungkin lain kali aku harus terbiasa untuk fokus supaya tidak mengantuk
seperti ini lagi. mau tidak mau kantuk ini membawa fikiranku terbang dan
meliuk-liuk menuju alam yang berbeda. Alam mimpi.
@@@
“Bodoh !!”. aku terhenyak, tiba-tiba
telingaku di teriaki kata-kata mengejek. sudah ejekan keras pula. karena kaget
aku melompat sedikit kesamping. lagi, aku bertemu dengan wajah yang tadi malam
aku temui. tak beda jauh dengan tadi malam ia berdiri setengah bungkuk dan
setelah baju putih-putih. ia menyeringai menakut-nakuti.
“Tak kapok rupanya kau ni. berani ya
datang ke tempat ini lagi” kali ini ia tersenyum licik. bak seekor srigala bertemu domba yang terpisah dari rombongan. ia
bicara seperti itu sambil berjalan perjalahan mendekat. karena takut aku mundur
bertahap sesuai jejak langkah ia yang mendekat.
“Alhamdulillah aku bisa bergerak”
gumamku dalam hati. aku mundur sambil memperhatikan sekeliling. tempat ini
tidak seperti tadi malam. sekarang lebih terang. tidak sepekat tadi malam.
“Paham kah kau akan apa yang aku
bicarakan kepadamu tadi malam” ia berhent dan dengan cepat mimik wajahnya
berubah. melihat ia berhenti aku pun berhenti. sama seperti tadi malam, aku
belum berani bicara. aku hanya menggeleng tidak mengerti.
“Begitu ternyata, baiklah kalau begitu
akan aku jelaskan. mungkin cara seperti malam kemarin tidak berefek padamu” ia
menepuk kedua tangannya. seketika suasana sekelilingku berubah. dan tiba-tiba
aku sudah duduk di atas kursi dan berhadapan dengannya yang duduk di depanku.
karena bingung, aku menghela nafas.
“Buka matamu, lihat ke arah mataku.
Apakah kau puas dengan hidup yang kau jalani ?”
“Belum” eits, aku berani bicara. oh
tidak. bukan berani, tapi keceplosan. aku panik. disaat aku panik ia hilang
dari hadapan. dan tiba-tiba pindah kebelakangku.
“ Lalu sudah berapa banyak kamu menulis
dalam setahun. Seberapa banyak kamu berkarya selain tugas yang di berikan
organisasi padamu ? Pasti sedikit kan ? itu namanya kau cepat puas” ia
berteriak sambil memukul kepalaku. Sakit, rasa sakitnya seperti nyata. Setelah di
pukul pikiranku kembali melayang. Dan mimpiku berubah menjadi hitam. Pekat.
Legam.
@@@
“Bangun!!” aku terkejut untuk kedua kalinya.
Mimpi sialan, gumamku pelan. Setengah sadar aku mendengar suara tawa. Setelah sadar
sepenuhnya aku melirik ke orang yang berdiri di sampingku. Lagi, aku terkejut
untuk kesekian kalinya. tapi yang ini tingkatannya beda. Ternyata ustadz Khoir
sedang berdiri di sampingku sambil memegang kitab dengan memasang wajah garang.
“Apa, sialan ?” dengan mendekatkan
telinga beliau ke wajahku.
“Nggak tadz” aku mengelak dan ngedumel
kesal. beliau salah paham atas gumamanku tadi. Aku memelas. menunjukkan wajah
pasrah. aku tertunduk,terlampau malu
karena di tertawai teman sekelas.
“Berdiri di depan!!. Sampai pelajaran selesai” perintah beliau
sambil menunjuk ke arah depan. Aku
lemas, menghela nafas. aku bangkit lalu berjalan gontai ke depan sembari
memikirkan mimpi tadi yang makin membuatku bingung. sebuah mimpi yang
meninggalkan teka-teki. bak sebuah puzle. mimpi itu harus di lengkapi.
“Bukalah mata Anda, lihat ke dalam. Apakah Anda puas dengan
hidup yang Anda jalani”
Bob marley.
Comments
Post a Comment