Manusia sering kali menjadi makhluk
yang lupa darimana dirinya berasal. Dia akan lupa ketika dirinya sudah berada
di puncak sebuah kesuksesan. Baik dalam pandangannya sendiri maupun orang lain.
Sikapnya pun akan berubah total. Missal ketika dulu ia miskin, lalu usaha dan
beranjak kaya. Tidak jarang ia menjadi seorang yang kikir. Dalam pikirannya
semua ini karena usahaku.
Semua itu di sebabkan penyakit yang
memang sudah lama menjangkit makhluk yang mempunyai nafsu. Dari nafsu yang tidak terjaga akan tumbuh
rasa sombong. Raja dari semua penyakit hati. Dengannya orang akan merasa hebat, semua hal yang ia
miliki adalah miliknya, bisa ia miliki karenanya dan bukan dari siapa-siapa.
Akhirnya tidak ubahnya ia menjadi seperti setan. Yang menyombongan diri, lalu
terlempar dari surga.
Karena sombong semua menjadi sia-sia.
Setan, ia awalnya adalah malaikat yang di tugaskan dibumi. Ibadahnya luar
biasa, segala amalnya tidak bisa di bandingkan dengan kita sekarang. setiap
jengkal bumi ia jelajahi, setiap jengkal tanah ia jadikan persujutan. Dan itu
tidak dalam masa yang sebentar. Tapi dalam masa yang sangatlah lama. Akan
tetapi nahas. Semua itu hilang sekejap saja, hanya karena satu kesalahan. Yaitu
sombong.
Banyak sekali I’tibar yang kita ambil
dari orang yang tersiksa karena sombongnya itu. Kisah tentang mereka berlimpah.
Ada yang termaktub dalam al-Qur’an. ada yang tertulis dalam hadits-hadits rosul
serta atsar para penerus nabi.
Mereka sudah terlanjur bahagia dan
tersibukkan oleh nikmat yang bersifat fana. Awalnya mereka hanya berleha-leha
melakukan kewajiban, lalu diteruskan lupa melakukan kewajiban, hingga akhirnya
tidak melakukan kewajiban sama sekali. Hatinya. Sangat nahas, hitam legam serta
buta. Sehingga kebenaran menjadi tidak tampak walau di depan mata.
Dengan sombong mereka akan
mengkerdilkan orang lain yang di anggap lemah. Melecehkan, menghina dan
menghasut orang lain untuk membenci yang ia benci, apapun akan ia lakukan.
Dengan sombong akan tumbuh rasa gengsi yang amat sangat. Sehingga tidak mau
mengaku salah, tidak mau mengalah. Otaknya tidak ubah otak batu.
Sungguh hanya penyesalanlah yang akan
kita jumpai ketika rasa sombong menguasai diri. Hanya tawadhu yang dapat
menjadikan hati tenang. Karena dengan tawadhu kita akan selalu ingat bahwa di
bawah kita ada yang lebih sengsara dan di atas kita ada yang lebih hebat.
Kita harus belajar dari malaikat yang
tahu diri setelah sebelumnya tidak terima dengan keputusan Allah menjadikan
nabi Adam Kholifah di bumi. Mereka merendah kepada nabi Adam yang telah di
berikan pengetahuan yang tidak di
ketahui para malaikat . para malaikat
hanya dapat berkata :
سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت
العليم الحكيم
Nabi Adam pun menjadi guru dari para
malaikat. Sebagai tanda penghormatan kepada
seorang guru, Allah pun memerintahkan para malaikat sujud kepada Nabi Adam.
Semua menurut namun hanya satu malaikat yang menolak. Yaitu Iblis. Dengan penuh kesombongan dia menolak. Dan
karena sikapnya terlemparlah ia dari derajat mulia.
Sungguh sombong hanya di peruntukan
untuk dzat yang sempurna. Dzat yang tidak ada cacat sedikit pun dalam dirinya.
Tak pantas untuk makhluk yang dhoif dan serba kekurangan memilikinya. Seorang
hamba yang sombong itu ibarat seorang budak yang mencuri jubah dan selendang
rajanya. Umpama si lemah yang tak tahu diri menantang yang kuat lagi maha
perkasa.
Maka dari itu. Ayo bersama kita sadar
diri. Kita introveksi diri dan selalu ingat bahwa kita ini lemah. Segala nikmat
kelebihan itu diberikan untuk menutupi kekurangan kita di hadapan makhluk. Dan
hal itu untuk di suuri bukan untuk dikufuri.
Akui kekurangan kita dan selalu agungkanlah pencipta kita. Hamba
diberikan hukuman besar bukan karena dosanya. Tapi karena sikapnya yang
meremehkan dosa yang ia lakukan.
فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون
See You Next Time J
Comments
Post a Comment