“Dimanapun
dan kapanpun , selamanya. Setan akan terus menggoda. Perkuat dirimu untuk
menhadapi segala tipu daya. Karena sesungguhnya Setan mengalir di dalam aliran
darahmu”
Dulu, ada sebuah kerajaan yang begitu tentram. Kerajaan itu begitu
subur, kaya, dan suci sejak kelahirannya. Kerajaan itu terkontrol dan tergerak
oleh seorang raja. Raja yang sangat taat dan di dalam dirinya hanya rasa taat
kepada Penciptanya. Dia bernama Hati. Seorang raja yang berkuasa atas Jiwa sejak kelahiran
manusia. Ketaatannya, karena sumpah yang
telah ia panjatkan sebelum kerajaannya terwujud di atas dunia. Dalam kuasanya kehendak Fitrah manusia
terjaga. Belas kasihan dan tenggang rasa membuat kerajan itu subur akan ucapan
dzikir. Kaya akan penghambaan yang tulus serta suci karena keikhlasan dalam
segala perbuatan.
Akan tetapi, di balik itu ia memiliki musuh. Musuh sekutunya
yang abadi sampai kerajaaan Jiwa runtuh. Raja sisi lain manusia. Pembawaan
lahiriah manusia. Yang mempunyai pendidik musuh abadi manusia. Nafsu namanya.
Yang memeiliki penasihat handal. Penipu masal yang sangat pintar membuat embrago
kebimbangan kepada setiap Kerajaan Jiwa di dunia. Setan namanya. Ketahanan hati
akan terguncang seandainya ia tidak dapat menancapkan pengaruh kebaikan di Kerajaan
Jiwa. Ia bisa saja terkurung, terkukung oleh kehitaman jalan nafsu sayathin
seandainya ketentuan tuhan tak berpihak kepada kerajaannya. Apakah sang Hati bisa
bertahan?. Lihat pada diri anda!.
@@@
“Ayo sekarang sudah waktunya. Tuhan telah memanggil kita
untuk menuju tempat persembahyangan. Cepat laksanakan.” Perintah sang Raja kepada
semua awak kerajaannya. Tak ada yang membantah. Kuasa di tangannya, rasa enggan
seakan tidak ada. Pengaruh Raja lainnnya pun belum seberapa. Karena Setan masihlah
belum lama mendidiknya.
Lama kerajaan begitu taat mengikuti keinginan Raja Hati. Jiwa
pun tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Berbagai pengaruh datang dan
membentuk kerajaan menjadi lebih hebat. Panca indra semua telah dikuasai
sempurna. Segala bentuk-bentuk pertumbuhan mendekati baligh makin
terlihat. Akan tetapi karena pertumbuhan ini membuat banyak pemikiran-pemikiran
masuk, tanpa dapat tersaring dengan baik. Sehingga lambat laun pengaruh hati
pun mulai berkurang sedikit demi sedikit. Kerajaan menjadi jatuh bangun.
Ketaatan pun mulai berkurang, kesucian mulai
ternoda. Kerajaan mulai jauh mengenal dunia. Sisi lain kerajaan pun
mulai tergugah karena didikan Setan yang melenakan. Kuasanya untuk mengawasi
atas segala tingkah sang Jiwa jauh dari dulu. Hanya nasihat dari para tetua
kerajaan lainlah yang menahannya dari kehancuran kerajaannya.
@@@
“Seluruh rakyat Kerajaan Jiwa. Dengarkanlah dan berkumpullah”.
Teriak salah seorang Penasihat Nafsu dengan penuh semangat.
“Sesungguhnya sang Hati makin rapuh memipin kalian. Hati
terlalu kolot. Mengekang segala keinginan kalian untuk lebih bebas bergerak,
bermipi, dan merasakan kenikmatan dunia ini. Ikutilah raja kami sang Nafsu yang
begitu gagah. Kalian akan hidup bebas dan merasakan nikmat yang tiada tara!”.
Tambahnya lagi sambil mengangkat kedua tangannya keatas. Kali ini ucapannya di
susul oleh gegap gepita seluruh rakyat Jiwa.
Nafsu pun melakukan kudeta. Dengan bantuan Setan dia menyerang tahta kerajaan. Menggulingkan Hati dan mengusir Malaikat yang selalu menjadi pendamping hati dan menjadi penyampai ilham dari Ilahi. Hati di gulingkan. Namun ia tidak di bunuh. Dia di penjara di tempat yang menyakitkan dan dapat membuatnya mati sementara bahkan selamanya. Penjara belenggu kehitaman. Hati akan terikat disana di dalamnya. Ia tidak akan dapat berbuat apa-apa. Ia hanya isa menonton bagaimana keberingasan Nafsu dalam memimpin Kerajaan Jiwa. Sebenarnya Setanlah yang lebih berhak di bilang berkuasa. Karena semua saran-saran nya pasti selalu di terima. Dan Nafsu hanyalah perantara. Karena dalam tapak sejarah kerajaan-kerajaan sebelumnya Setan adalah guru dan nafsu adalah murid. Nafsu hanyalah gambaran anak kecil yang akan terus menyusu pada induknya. Tanpa di sapih ketika ia berkuasa, keinginannya begitu mudah di penuhi. Apa yang dia inginkan akan dibantu agar terwujud oleh Setan. Dengan cara apapun.
Sementara itu, Hati terus menerus dalam lubang penyesalan.
Ketidak mampuannya. Memberikan segala sesuatu yang ia mampu kepada Sang
Pencipta. Semua pikirannya yang berkelebat dalam pikarannya hanyalah keputus
asaan. Tak ada semangat, bayangan menyerah dan
mati menghitam pun terus membayang- bayanginya. Harapnya semoga Pena
Tuhan berpihak pada dirinya
@@@
Sang Nafsu membawa Kerajaan Jijwa di ambang kehancuran. Nafsu
membawanya ke lembah keterpurukan moral.
Membawa Jiwa ke perkara yang di benci Tuhan. Mencari kenikmatan sesaat
terus menerus, itulah yang di inginkan nafsu. Rakyat kerajaan memang masih kuat
melakukannya. Namun perlahan-lahan, keadaan dalam kerajaan makin hancur dengan
cepat. Organ tubuh makin melemah. Sementara itu, bagaimana dengan Hati…..??
@@@
Hitam makin membungkus dirinya. Hati berteriak berusaha
melepas dari belenggu yang makin lama-makin terus membungkus tubuhnya yang
bercahaya. Separuh badannya telah tertutup, kematian makin mendekatinya. Hitam
makin menjalar keatas menutup hampir seluruh tubuhnya. Pikirannya kacau tak
karuan. Disaat akhir ia berteriak.
“ Ya Tuhan berilah aku kesempatan, kekuatan untuk berkuasa
atas kerajaan yang telah kau titipkan. Kuatkan aku untuk menahan nafsu, kuatkan
aku untuk melawan musuh abadimu”. Seketika itu sekelebat cahaya datang. Cahaya yang berkilau memotong segala kehitaman pembelenggu hati.
Hati pun terjatuh lemas karena lelah terbelenggu hitam. Ketika ia terbangun,
cahaya itu pun pergi dan membias, menyebar. Menyebar keseluruh kerajaan membawa
kedamaian Hati dan menghancurkan dominasi Setan beserta Nafsu.
Raja Nafsu pun terpenjara cahaya. Setan pun pergi dan lari
lalu mengalir di sepanjang darah kerajaan. Sambil terus mencoba mencari
kelengahan sang Hati. Hati kini lega walau masih harus tetap waspada. Ia lega
ternyata Tuhan memihak kepadanya. Memberikan ia Cahaya Hidayah yang membuatnya
mampu mendapatkan kerajaannya kembali. Kini ia memimpin kembali. Namun lebih
kuat. Karena benteng Tuhannya berdiri tegak di sekeliling Kerajaan Jiwa.
Kerajaan itu kembali subur akan ucapan
dzikir. Kaya akan penghambaan yang tulus serta suci karena keikhlasan dalam
segala perbuatan. Bahkan mungkin lebih baik dari pada awal kepemimpinannya.
Karena sekarang ia tidak sendiri. Sang Pencipta selalu bersamanya. Dan
tergambar jelas Asma-Nya di setiap bangunan Kerajaan Jiwa.
Comments
Post a Comment